Share Artikel

Share on facebook
Facebook
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email

Sejarah Terlengkap Mengenai Asal Usul Hari Raya Natal

Hari raya Natal (dari bahasa Portugis yang memiliki arti “kelahiran”) merupakan hari raya umat Kristen yang diperingati tiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Hari raya Natal dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember; dan kebaktian pagi tanggal 25 Desember. Beberapa gereja Ortodoks merayakan hari raya Natal pada tanggal 6 Januari.

Dalam tradisi barat, peringatan hari raya Natal memiliki kandungan aspek non-agamawi. Beberapa tradisi hari raya Natal yang dari Barat diantaranya ialah pohon Natal, kartu Natal, tukar hadiah di antara rekan, dan bagian keluarga dan cerita mengenai Santa Klaus atau Sinterklas.

Etimologi / Asal Kata Natal

Kata “natal” datang dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis (Hari Lahir).Dalam bahasa Inggris perayaan Natal disebut sebagai Christmas, dari istilah Inggris kuno Cristes Maesse (1038) atau Cristes-messe (1131), yang memiliki arti Misa Kristus. Christmas biasa juga dicatat Χ’mas, suatu penyingkatan yang pas dengan tradisi Kristen, karena huruf X dalam bahasa Yunani sebagai kependekan dari Kristus atau dalam bahasa Yunani Chi-Rho. Huruf ini kerap dipakai sebagai ikon suci. Tradisi Natal dimulai oleh Gereja Kristen sebelumnya untuk memperingati sukacita kedatangan Juru Selamat “Mesias” di dunia. Sampai hari ini, Hari Raya Natal adalah hari raya umat Kristen di dunia untuk memperingati hari kelahiran “Raja Damai” Yesus Kristus.

Secara tarikh, tidak ada tanggal berapakah persisnya hari lahir Kristus, tapi kalender masehi sudah memutuskan tanggal memperingati/merayakan Hari Natal pada tanggal 25 Desember. Pada hari itu, gereja selanjutnya melangsungkan ibadah perayaan keagamaan khusus. Selama saat Natal, umat Kristen mengekspresikan cinta-kasih dan sukacita mereka dengan bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe dan pohon Natal.

Dalam Alkitab bahasa Indonesia sendiri tidak ditemui kata “Natal”, yang ada cuman kelahiran Yesus.

Kelahiran Yesus Kristus Menurut Alkitab


Narasi kelahiran Yesus Kristus dalam Injil Perjanjian Baru ditulis dalam kitab Matius (Matius 1:18-2:23) dan Lukas (Lukas 2:1-21).

Menurut Lukas, Maria mengetahui dari malaikat jika ia sudah mengandung dari Roh Kudus tanpa persetubuhan. Kemudian ia dan suaminya Yusuf meninggalkan rumah mereka di Nazaret untuk jalan ke kota Betlehem untuk mendaftarkan dalam sensus yang diperintahkan oleh Agustus, Kaisar Romawi di saat itu. Karena mereka tidak mendapatkan tempat untuk bermalam di kota itu, bayi Yesus dibaringkan dalam suatu palungan (malaf).[1][2] Kelahiran Kristus di Betlehem Efrata, Yudea, di kampung halaman Daud, leluhur Yusuf, memenuhi nubuat nabi Mikha (Mikha 5:1-2). (Di Israel purba mereka mengenali ada dua kota Betlehem, kota Betlehem satunya kembali ada di tanah Zebulon.)

Matius menulis sejarah dan kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan berpindah ke kehadiran beberapa orang majus dari Timur—yang diperhitungkan ialah Arabia atau Persia—untuk menyaksikan Yesus yang baru dilahirkan. Beberapa orang arif itu sebelumnya datang di Yerusalem dan memberikan laporan ke raja Yudea, Herodes Agung, jika mereka sudah menyaksikan sebuah bintang—yang saat ini disebutkan Bintang Betlehem—menyambut kelahiran seorang raja. Penelitian selanjutnya membimbing mereka ke Betlehem Yudea dan rumah Maria dan Yusuf. Mereka mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur ke bayi Yesus.

Saat menginap, beberapa orang majus itu memperoleh mimpi yang berisi peringatan jika Raja Herodes berencana melakukan pembunuhan pada anak itu. Karenanya mereka memilih untuk langsung pulang tanpa memberitahukan Herodes tentang keberhasilannya visi mereka. Matius selanjutnya memberikan laporan jika keluarga Yesus kabur ke Mesir untuk menghindari perlakuan Raja Herodes yang memilih untuk membunuh semua anak di bawah 2 tahun di Betlehem untuk menyingkirkan tandingan pada kekuasaannya. Sesudah kematian Herodes, Yesus dan keluarga datang dari Mesir, tapi untuk menghindari dari raja Yudea baru (anak Herodes Agung, yaitu Herodes Arkhelaus) mereka ke Galilea dan tinggal di Nazaret.

Bagian lain dari cerita kelahiran Yesus yang dikatakan oleh kitab Injil Lukas ialah penyampaian berita itu oleh beberapa malaikat ke beberapa gembala. Dalam Injil Matius dicatat jika ada beberapa orang Majus dari Timur tiba ke Yudea karena menyaksikan sebuah bintang yang besar berkilau di atas daerah Yerusalem. Mereka ikuti bintang itu sampai ke kota Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Beberapa astronom dan sejarawan sudah usaha menerangkan kombinasi beberapa kejadian angkasa yang bisa dijelajahi yang kemungkinan bisa menjelaskan kemunculan bintang raksasa yang tak pernah disaksikan awalnya itu.

Opini yang terkuat ialah dari Johannes Kepler, yang menjelaskan jika Bintang Natal atau Bintang Betlehem itu secara astronomik ialah konjungsi planet Jupiter dan Saturnus pada konstalasi Pisces. Dan konjungsi ini betul terjadi di bulan Desember tahun 7 SM. Sebelumnya beberapa orang Majus itu bertanya ke warga Yerusalem, selanjutnya mereka dibawa menghadap raja Herodes. Raja Herodes menanyakan ke ahli kitab, di mana Mesias akan dilahirkan. Berdasar Alkitab, Mesias akan dilahirkan di Betlehem dan info ini digunakan untuk menolong para orang majus mengerti letak di mana Yesus dilahirkan. Herodes meminta supaya sesudah berjumpa bayi itu, mereka selanjutnya bisa memberikan laporan ke Herodes. Tapi karena mengerti niat Herodes yang jahat, beberapa orang majus tidak kembali memberikan laporan ke Herodes.

Asal-Mula Peringatan Hari Raya Natal

Peringatan hari kelahiran Yesus tak pernah jadi perintah Kristus untuk dilaksanakan. Narasi dari Perjanjian Baru tak pernah menyebutkan ada perayaan hari kelahiran Yesus dilaksanakan oleh gereja awalnya. Klemens dari Aleksandria mencemooh beberapa orang yang berusaha mengalkulasi dan memastikan hari kelahiran Yesus. Dalam abad-abad pertama, hidup kerohanian anggota-anggota jemaah lebih ditujukan ke kebangkitan Yesus. Natal tidak mendapatkan perhatian. Perayaan hari ulang tahun biasanya – khususnya oleh Origenes – dipandang seperti satu rutinitas kafir: beberapa orang seperti Firaun dan Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka. Orang Kristen tidak melakukan perbuatan begitu: orang Kristen merayakan hari meninggalnya sebagai hari ulang tahunnya.

Tapi di sebelah Timur orang sudah dari dulu memikirkan mukjizat penampakan Allah dalam rupa manusia. Menurut tulisan-tulisan lama satu sekte Kristen di Mesir sudah merayakan “acara pesta Epifania” (acara pesta Penampakan Tuhan) pada tanggal 4 Januari. Tapi yang ditujukan oleh sekte ini dengan acara pesta Epifania adalah timbulnya Yesus sebagai Anak Allah – yakni di saat Dia dibaptis di sungai Yordan. Gereja sebagai keseluruhnya bukan saja memandang baptisan Yesus sebagai Epifania, tapi khususnya kelahiran-Nya di dunia. Sesuai anggapan ini, Gereja Timur merayakan acara pesta Epifania pada tanggal 6 Januari sebagai acara pesta kelahiran dan acara pesta baptisan Yesus.

Perayaan ke-2 acara pesta ini berjalan pada tanggal 5 Januari malam (mendekati tanggal 6 Januari) dengan satu tata ibadah yang cantik, yang terbagi dalam Pembacaan Alkitab dan puji pujian. Ephraim dari Syria memandang Epifania sebagai acara pesta yang terindah. Dia ucapkan: “Malam perayaan Epifania adalah malam yang bawa damai sejahtera di dunia. Siapa yang ingin tidur saat malam, saat seluruh dunia sedang berjaga-jaga?” Saat malam perayaan Epifania, semua gedung gereja dihias dengan karangan bunga. Acara pesta ini terutamanya dirayakan dengan senang di gua Betlehem, tempat Yesus dilahirkan.

Sejarah Perayaan Hari Raya Natal

Perayaan hari raya Natal baru diawali pada sekitaran tahun 200 M di Aleksandria (Mesir). Beberapa teolog Mesir menunjuk tanggal 20 Mei tapi ada juga pada 19 atau 20 April. Di beberapa tempat lain perayaan dilaksanakan pada tangal 5 atau 6 Januari; ada juga di bulan Desember. Perayaan pada tanggal 25 Desember diawali di tahun 221 oleh Sextus Julius Africanus, dan baru diterima secara luas pada era kelima. Ada beragam perayaan keagamaan dalam penduduk non-Kristen di bulan Desember.

Tanggal 25 Desember dan Kelahiran Yesus

Ada opini yang berbicara jika tanggal 25 Desember bukan tanggal hari kelahiran Yesus. Opini ini diperkokoh berdasar realita jika saat malam itu beberapa gembala masih mengawasi dombanya di padang rumput. (Lukas 2:8). Di bulan Desember mustahil para gembala bisa mengawasi domba-dombanya di padang rumput karena musim dingin di saat itu sudah datang jadi tidak ada rumput yang tumbuh kembali. Beberapa pendukung tanggal kelahiran bulan Desember memiliki pendapat walau musim dingin, domba-domba masih tetap tinggal di kandangnya di padang rumput dan masih tetap dijaga oleh gembala, dan walau tidak ada rumput, padang rumput tetaplah disebut padang rumput.

Perayaan keagamaan
Kata adven memiliki arti datang, di mana saat-saat menyongsong kehadiran ‘Mesias’ Yesus Kristus ke dunia. Macam tradisi merayakan periode Adven. Untuk umumnya umat Kristiani, periode Adven mencapai puncak saat malam saat sebelum Natal (Malam Natal), tanggal 24 Desember. Gereja-gereja dihias dengan lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia.

Ada pula pendapat yang berujar jika perayaan hari raya Natal mengambil sumber dari tradisi Romawi pra-Kristen, peringatan untuk dewa pertanian Saturnus jatuh di suatu minggu di bulan Desember dengan pucuk peringatannya pada hari titik balik musim dingin (winter solstice) yang jatuh pada tanggal 25 Desember dalam kalender Julian. Peringatan yang disebutkan Saturnalia itu sebagai tradisi sosial khusus untuk bangsa Romawi.

Supaya beberapa orang Romawi bisa beragama Kristen tanpa tinggalkan tradisi mereka sendiri, atas dorongan dari kaisar Kristen pertama Romawi, Konstantin I, Paus Julius I putuskan di tahun 350 jika kelahiran Yesus diperingati pada tanggal yang serupa. Tetapi pandangan ini disanggah oleh Gereja Ritus Timur, karena Gereja Ritus Timur telah merayakan kelahiran Yesus semenjak abad kedua, saat sebelum Gereja di Roma menyatakan perayaan hari raya natal pada tanggal 25 Desember.

Oleh karenanya, ada banyak aliran Kristen yang tidak merayakan tradisi Natal karena dipandang datang dari tradisi kafir Romawi, yakni aliran Gereja Yesus Sejati, Gereja Masehi Advent Hari Ke-7 , golongan Yahudi Mesianik. Saksi-Saksi Yehuwa pun tidak merayakan Natal.

Tetapi pendapat-pendapat berkenaan keterikatan perayaan hari raya Natal dengan tradisi pagan itu telah kedaluwarsa dan banyak ditinggal. Penanggalan Natal 25 Desember yang dipandang seperti ritual pagan sebetulnya baru dimasalahkan abad 18 oleh Paul Ernst Jablonsky. Menurut teolog dari Jerman ini, Perayaan Natal tanggal 25 Desember datang dari ritual pagan “Natalis Sol Invicti” (Lahirnya Dewa Matahari yang tak terkalahkan). Anehnya, teori spekulatif ini tidak mengarah dokumen-dokemen kuno ini, justru dituruti oleh rahib Benedictan. Dan sejak mulai beberapa encyclopedia mencupliknya tidak “cek and recheck”, teori asumsi ini menyebar ke penjuru dunia.

Kenyataannya Paus Telesporus di Roma telah merayakan misa malam Natal 24 Desember semenjak tahun 125. Lantas Uskup Theofilus di Kaesarea merayakan hari raya Natal 25 Desember 160. Walau tanggal kelahiran Yesus ini baru dikanonkan tahun 189, tidak lama setelah Demetrius I jadi Patriarkh Gereja Alexandria l, tetapi ini sangatlah jauh sebelum timbulnya kultus perayaan dewa Matahari di Roma tahun 274 . Maka perayaan hari raya
Natal sebagai tanggal kelahiran Yesus telah ada terlebih dulu saat sebelum perayaan dewa Matahari.

Bahkan juga dalam catatan bapa-bapa gereja periode terawal dan penulis kuno lain, seperti Ireneus, Hypolitus dan Yulius Africanus juga menuliskan ANNUNCIATIO CHRISTI (Berita Gembira Malaikat Jibril ke Bunda Maria akan lahirnya Kristus) terjadi pada tanggal 25 Maret (kalender Ibrani 15 Nisan). Karenanya, 9 bulan sesudah Maret akan jatuh 25 Desember.

Ada beberapa dokumen kuno yang menulis jika Yesus diletakkan di kandungan Maria tanggal 25 Desember.[3] Pengartian Kitab Hagai memberikan indikasi tanggal itu sebagai tanggal hadirnya Yesus ke rahim Maria, yakni Hagai 2:19-20:

” Perhatikanlah dimulai dari hari ini dan selanjutnya–mulai dari hari yang ke-2 puluh 4 bulan ke-9. Dimulai dari hari ditempatkannya dasar bait TUHAN lihatlah apa benih masih tinggal disimpan dalam lumbung, dan apa pohon anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? Dimulai dari hari ini Saya akan memberikan karena! “
Tanggal 24 bulan kesembilan (Kislew) dalam kalender Yahudi jatuh sekitaran tanggal 25 Desember dalam kalender Gregorian.

Walau kapan Hari raya Natal jatuh masih jadi pembicaraan, agama Kristen secara umum setuju untuk memutuskan Hari raya Natal jatuh tiap tanggal 25 Desember dalam Kalender Gregorian ini dilandasi atas kesadaran jika penentuan hari raya liturgis lain seperti Paskah dan Jumat Agung tidak didapatkan dengan pendekatan tanggal tentu tetapi cuman berwujud penyelenggaraan kembali beberapa acara itu dalam setahun liturgi, yang bukan mengutamakan keakuratan tanggalnya tetapi akar atau pokok dari tiap peringatan itu agar bisa diwujudkan dari hari ke hari.

Tahun Kalender Masehi
Tahun kalender Masehi dibuat pada era keenam dengan seorang biarawan yang namanya Dionysius Exiguus. Tahun Masehi yang kita pakai saat ini disebutkan anno Domini (Tahun Tuhan).

Bagaimana dia dapat mengetahui jika Tuhan Yesus dilahirkan di tahun 1 SM? Dia mengambil data dari catatan sejarah yang mengatakan jika di tahun 754 kalender Romawi itu ialah tahun ke 15 dari pemerintah Kaisar Tiberius sama seperti yang tercantum di Lukas 3:1-2. Data ini yang jadi dasar olehnya untuk memulai tahun 1 SM.

Selain itu dia mengambil data dari Lukas 2:1-2 yang mengatakan bahwa Kirenius (Gubenur dari Siria) pertama kalinya menjalankan program sensus.

hari raya natal

Walau begitu masih tetap orang yang meragukannya, karena menurut sejarahwan Yahudi yang bernama Flavius Yosefus, raja Herodes wafat di tahun 4 SM hingga akibatnya tanggal lahir Yesus harus dimundurkan sekitar 4 tahun. Tetapi teori ini juga tidak betul, karena dia menganalisa tahun itu berdasaran adanya gerhana bulan di tahun saat Herodes wafat yang terjadi di Yerusalem di tanggal 13 Maret tahun 4 SM.

Catatan pertama peringatan hari Natal ialah tahun 336 Setelah Masehi pada kalender Romawi kuno, yakni di tanggal 25 Desember. Perayaan ini kemungkinan dikuasai oleh perayaan orang kafir (bukan Kristen) di saat itu. Sebagai sisi dari perayaan itu, warga mempersiapkan makanan khusus, menghias rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama-sama dan tukar-menukar hadiah. Rutinitas-kebiasaan itu makin lama jadi sisi dari perayaan Natal. Pada tahun akhir 300-an Masehi agama Kristen jadi agama resmi Kekaisaran Romawi.

Di tahun 1100 Natal sudah jadi perayaan keagamaan paling penting di Eropa, di beberapa beberapa negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal makin terkenal sampai periode Reformasi, terjadi suatu pergerakan keagamaan di tahun 1500-an. Pergerakan ini melahirkan agama Protestan. Pada periode Reformasi, beberapa orang Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai hari raya kafir karena mengikutkan rutinitas tanpa dasar keagamaan yang sah. Di tahun 1600-an, karena ada perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Tetapi, warga masih tetap melanjutkan rutinitas tukar-menukar hadiah dan selang beberapa saat kemudian kembali ke rutinitas sebelumnya.

Di tahun 1800-an, ada dua rutinitas baru yang sudah dilakukan pada hari Natal, yakni menghiasi pohon Natal dan mengirim kartu ke sanak saudara dan rekan-rekan. Di Amerika Serikat, Santa Claus (Sinterklas) menggantikan Santo Nikolas sebagai simbol usaha untuk saling memberi. Semenjak tahun 1900-an, perayaan Natal jadi makin penting untuk beragam bisnis.

Pera Gembala di Musim Dingin

Ada opini jika tidak mungkin Yesus dilahirkan di bulan Desember karenanya sebagai jatuh pada musim dingin dan beberapa gembala tidak menggembalakan domba-dombanya di luar, karena Lukas 2:1 mencatat jika di wilayah itu ada gembala-gembala yang mengawasi kawanan ternak mereka di saat malam. Tetapi kenyataannya, temperatur rata-rata Bethlehem pada musim dingin di antara 13,5 sampai 5,5 derajat Celsius, dan salju umumnya turun di bawah 0 derajat, karena udara kota kelahiran Yesus itu dan sekelilingnya cukup hangat untuk domba-domba masih tetap digembalakan. Lagi pula, domba-domba yang diartikan dalam Luk. 2:1 bukan domba-domba biasa.

Namun sejajar dengan informasi Mishnah, Shekalim 7:4 בְּהֵמָה שֶׁנִּמְצְאוּ מִירוּשָׁלַיִם וְעַד מִגְדַּל עֵדֶר “behemah shenimetseu mirusalaim we ‘ad Migdal Eder” (binatang-binatang yang diketemukan pada tempat dari Yerusalem sampai Migdal Eder).6) Inilah domba-domba kurban di Bait Suci, yang dijaga oleh gembala-gembala khusus pada tempat tertutup yang diputari benteng, hingga domba-domba itu dapat merumput, di saat musim panas atau musim penghujan” (Talmud, Bezah 40a, dan Tsepta Bezah 4:6).

Sejarawan kuno Eusebius dari Caesaria (265-340), saat mengunjungi Betlehem pada jamannya, menulis: “Migdal Eder yang berada seribu kaki dari Yerusalem ialah tempat beberapa gembala menerima berita kelahiran Kristus”. Dan ini bukanlah “tafsir subjektif Kristen”, beberapa rabbi Yahudi juga mengaku. Targum Yonathan mengartikan frasa וְאַתָּ֣ה מִגְדַּל־עֵ֗דֶר “We attah Migdal ‘Eder” (Hai engkau Menara Kawanan Domba) dalam Mikha 4:8 ואַת מְשִׁיחָא דְיִשׁרָאֵל “W’at Meshîhâ deYishra’el” (Hai Mesias Israel). Targum Pseudo-Yonathan menyebut Miqdal ‘Eder dalam Kej. 35:21, tempat Yakub memasang kemahnya, sebagai tempat Raja Mesiah akan menyatakan diri-Nya pada hari-hari akhir.7)

Tradisi Perayaan Natal

Kalender masehi memutuskan 25 Desember sebagai hari raya keagamaan Kristen ataupun Katholik, karena itu hari itu diputuskan sebagai hari libur sah. Tetapi umat Kristen saat ini, merayakan Natal dengan beranjak dari segi esensinya, yakni merayakan “Anugrah” paling besar yang Allah siapkan, yakni hadirnya “Juru Selamat” si Raja Damai ke dunia. Dogma atau dongeng-dongeng atau riwayat bukanlah esensi Natal. Karena sejarah akan menghasilkan polemik atau kontroversi. Mengucapkan syukur atas anugrah dan mencontoh Yesus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup.

Banyak tradisi perayaan hari raya Natal di barat yang disebut pengembangan kemudian dengan menyerap unsur beragam kebudayaan.

Pohon Natal

Pohon natal di gereja atau di beberapa rumah kemungkinan terkait dengan tradisi Mesir, atau Ibrani kuno. Ada juga yang menyambungkannya dengan pohon khusus di taman Eden (saksikan Kejadian 2:9). Tapi di kehidupan pra-Kristen Eropa memanglah ada tradisi menghiasi pohon dan meletakkannya di rumah pada perayaan tertentu. Tradisi “Pohon Terang” modern berkembang dari Jerman pada era ke-18.[4]

Ucapan Selamat Hari Raya Natal dan Tukar Kado Natal

Walau rutinitas ini bukanlah esensi dari Hari Raya Natal, kebiasaan untuk tukar menukar kado pada sanak-saudara dan rekan-rekan pada hari Natal kemungkinan berawal di Romawi Kuno dan Eropa Utara. Selain itu juga saling mengucapkan selamat hari raya natal ke berbagai kerabat, rekan bahkan pacar. Di beberapa daerah itu, beberapa orang menghadiahkan pada keduanya sebagai sisi dari perayaan tahun akhir.

Kartu Hari Natal

Ada juga tradisi mengirimi Kartu Natal, yang diawali di tahun 1843 oleh John Calcott Horsley dari Inggris. Umumnya dengan gambar yang terkait dengan cerita kelahiran Yesus Kristus dan dibarengi tulisan: Selamat Hari Natal dan Tahun Baru. Saat ini orang menggunakan tehnologi informasi (e-mail) untuk mengirim kartu Natal electronic.

Malam Hari Natal

Karena awal mulanya malam Natal ialah hari raya keagamaan Umat Katholik, hari tersebut diputuskan sebagai hari libur sah. Gereja-gereja melangsungkan perayaan saat malam itu. Mereka melangsungkan acara keagamaan di gua Natal (tiruan dari kandang domba tempat Yesus “Mesias” Kristus lahir, yang sudah dihias dengan dengan patung-patung figur Yesus, Mariam, Yusuf, para gembala) sembari menyanyikan beberapa lagu Natal.

Di Eropa, kabarnya ada tradisi tertentu dalam perayaan Natal, di mana beberapa orang dewasa minum eggnog, seperti susu telur madu, yakni kombinasi cream, susu, gula, telur kocok dan brandy (sejenis minuman mengandung alkohol) atau rum. Kabarnya, saat malam Natal, Santa Claus memakai kereta salju penuh hadiah, ditarik oleh delapan ekor rusa kutub. Santa Claus lalu terbang menembus awan untuk mengantar hadiah-hadiah itu ke anak-anak di penjuru dunia.

Untuk menyiapkan kunjungan Santa, anak-anak dengarkan orangtuanya membacakan The Night Before Christmas (Malam Sebelum Natal) saat sebelum tidur pada Malam Natal. Puisi itu dikarang oleh Clement Moore di tahun 1832. Kabarnya, beberapa anak-anak menggantungkan stoking atau kaus kaki besar di atas perapian. Santa turun dari cerobong asap dan meninggalkan permen dan hadiah-hadiah dalam kaus kaki itu untuk anak-anak. Sekarang, tradisi itu masih tetap dilanjutkan, tapi kaus kakinya diganti oleh tas kain merah berbentuk kaus kaki.

Sinterklas yang Melegenda

Dalam rangka perayaan hari raya natal dikenal di Indonesia tradisi Sinterklaas, yang datang dari Belanda. Tradisi yang dirayakan di tanggal 6 Desember ini, saat ini diketahui dengan Santa Claus (atau Sint Nikolas), seorang figur legenda, yang berkunjung rumah anak-anak saat malam dengan kereta salju terbang ditarik beberapa ekor rusa kutub membagikan hadiah.

Sinterklas Malam Hari Raya Natal
cc: vectorstock

Santo Nikolas yang sebetulnya datang dari kota Myra dan dipercaya hidup pada era keempat Masehi. Ia populer karena kebaikannya memberikan hadiah ke orang miskin. Di Eropa (lebih persisnya di Belanda, Belgia, Austria dan Jerman) ia diilustrasikan sebagai seorang uskup yang berjanggut dengan jubah keuskupan resmi, tapi selanjutnya deskripsi ini menyebar ke penjuru dunia dengan tambahan beberapa atribut, seperti topi dan lain-lain. Ada pemerhati agama yang mengatakan Sinterklas justru sebagai simbol-simbol sekuler dalam Kristen yang memanglah tidak ada Rujukannya Alkitab, dan dikomersialkan sebegitu rupa hingga lambang Sinterklas diupayakan lebih terkenal dibanding beberapa hal yang terkait langsung dengan Natal yang sesunggunya, misalkan gambar bayi Yesus, dalam tiap perayaan Natal.

Di dunia modern, perayaan Natal secara sekuler lebih mengutamakan aspek saling memberi hadiah Natal, hingga ada yang memiliki anggapan Santa Nikolas semakin penting dibanding Yesus Kristus. Tradisi Sinterklaas Belanda jadi bagian dari acara keluarga dengan berkunjung beberapa rumah dibarengi pembantu berkulit hitam (Zwarte Pit) yang menanggung karung berisi hadiah untuk anak yang baik; tapi karung itu tempat anak-anak nakal dimasukkan untuk dibawa pergi.

Di Amerika Serikat figur ini disebut “Santa Claus” dan diilustrasikan pertama kalinya oleh satu iklan minuman Amerika semenjak tahun 1931 sebagai seorang tua gemuk, bercambang putih dan berpakain merah dengan sepatu bot, ikat pinggang hitam, dan topi lancip halus. Yang kerap kita lihat Natal disemarakkan dengan beberapa sinar lampu berkelap-kelip. Selainnya untuk menambahkan meriah perayaan, ini mempunyai pemahaman cahaya yang ada, maksudnya ialah Kristus akan mengusir kuasa kegelapan..

Group Kristen Puritan

Wajah sekuler perayaan hari raya natal yang terjadi saat ini pernah mendapatkan tentangan dari orang Kristen Puritan di Inggris pada 1647. Untuk meniadakan komponen-komponen yang tidak alkitabiah, Inggris yang saat itu dikuasai oleh Parlemen Puritan bahkan juga pernah melarang perayaan Natal.

Mereka memandang perayaan Natal hanya festival kepausan (popish) yang tidak punyai justifikasinya dalam Alkitab. Pada akhirnya, golongan Puritan di Inggris menukarnya dengan 1 hari puasa. Karena larangan perayaan Natal ini, kekacauan meletus di beberapa kota di Inggris. Bahkan juga, Canterbury dikuasai oleh massa pengunjuk rasa selama beberapa minggu. Kekacauan pada akhirnya surut dengan pencabutan larangan melalui Restorasi Raja Charles II pada 1660, walau beberapa pendeta tidak mendukungnya.

Perayaan Hari Natal Pada Ritus Timur

Berlainan dengan tradisi perayaan Natal di barat, perayaan hari raya natal ritus timur kaya akan aspek rohani seperti puasa, bermazmur, membaca Alkitab, dan puji-pujian. Di Gereja-gereja Arab, bisa disebut tidak ada perayaan Natal tanpa didahului puasa. Gereja Ortodoks Syria melaksanakan penyiapan Natal dengan berpuasa sepanjang 10 hari. Sementara di Gereja Ortodoks Koptik puasanya lebih lama lagi, yakni semenjak pekan terakhir November . Maka, sekitaran 40 hari. Waktu iftar (berbuka puasa) di tanggal 7 Januari pagi. Puasa pra-Natal ini disebut dengan puasa kecil (Shaum el-Shagir). Walau sedikit berbeda dalam tradisi, pada prinsipnya langkah ini tidak berbeda jauh dengan berpuasa Gereja-gereja Orthodoks lain.

Makna Nyala Lilin Dalam Perayaan Hari Natal

Dalam masa Natal, Lilin memvisualisasikan atau memberi gambaran mengenai Kristus. Kristus disimbolkan sebagai jelas untuk dunia yang gelap. Dalam Alkitabpun tercatat mengenai jelas, dalam Perjanjian Lama,Yesaya 9:1-6, “terang yang besar”, dan dalam Perjanjian Baru, Yohanes 1:1-18,” terang manusia”.

Tidak cuma dalam peribadahan saja, di beberapa rumah dan di beberapa toko sering di hias dengan beberapa lampu yang kedap-kedip, ini ada semenjak jaman patristik sebagai deskripsi akan terang yang mengalahkan kegelapan. Pemakaian lilin dan beberapa lampu kedap-kedip sebagai dampak dari acara pesta sinar Yahudi atau Hanukah. Hari raya Hanukkah dirayakan sekitaran periode Adven dan Natal, dan kadang kerap diplesetkan dengan istilah Natal Yahudi.

Efek Hari Raya Natal Pada Perekonomian

Natal umumnya sebagai stimulan ekonomi tahunan paling besar di beberapa negara di dunia. Penjualan beberapa barang meningkat tajam di beberapa tempat retail, dan pada musim Natal beberapa orang beli beragam hadiah, dekor, dan stok Natal. Industri yang tergantung pada penjualannya pada musim Natal diantaranya kartu Natal, pohon Natal, dan sebagainya.

Selainnya aktivitas ekonomi paling besar, Hari Natal di beberapa negara Barat sebagai hari paling sepi untuk dunia bisnis; sebagian besar toko ritel, lembaga usaha dan komersil tutup, dan sebagian besar industri stop beroperasi. Studio-studio film melaunching beragam film berbiaya tinggi pada musim Natal untuk menghibur orang-orang, yang tengah berlibur.

Aktivitas di Hari Raya Natal

Sepanjang puasa, jemaah gereja-gereja Koptik, seperti Gereja Koptik Sayidah el-Adzra’ (Santa Maria), di Madinat al-Tahrir, Imbaba, Kairo memiliki rutinitas cuman makan sekali satu hari dengan menu makanan seperti tempe (dari kacang-kacangan), namanya tamiya atau falafel yang dikonsumsi dengan sepotong roti dan air putih. Karenanya, uang berbelanja yang biasanya mereka belikan daging dan menu cukup eksklusif yang lain dihimpun dan diberikan langsung ke beberapa orang miskin yang dikoordinir oleh Gereja.

Buat Kalender Advent Untuk Anda Sendiri

Sebarkan keseruan berlibur dengan membuat kalender yang berisi kejutan manis untuk bulan itu. Buat kalender Advent Anda sendiri dengan memakai kantong kertas, kaleng muffin, amplop, atau barang yang lain yang gampang dijangkau disekitaran rumah. masukkan hadiah kecil yang lucu dan unik untuk dirayakan tiap hari. Ini merupakan hadiah liburan yang sempurna atau cara yang baik untuk #memperlakukan diri kita tiap hari pada bulan Desember.

Berbagi Keceriaan dan Kebahagiaan Natal

Berlibur ialah alasan yang pas untuk menebarkan keceriaan ke beberapa orang disekitaran Anda dan, dengan melakukan itu, menolong Anda lebih nikmati liburan juga. Bersiul untuk lagu Natal favorite Anda, tersenyum ke orang lain, dan katakan Selamat Natal atau Selamat Berlibur ke semuanya orang. Semangat liburan Anda yang membahagiakan akan menyebar.

Mengatur Jamuan Malam Natal

Mengatur makan malam seadanya dengan rekan dan keluarga Anda. Salah satunya tradisi paling penting musim Natal adalah bergabung dengan beberapa orang yang Anda cintai dan membuat musim dingin sedikit hangat dengan share kehangatan kasih-sayang sama mereka. Rekan dan keluarga Anda akan pergi dengan perut penuh makanan dan hati penuh kebahagiaan!

Progress Baca Artikel