Hari Raya Waisak 2025

Setiap tahun, umat Buddha di seluruh dunia menyambut Hari Waisak dengan penuh khidmat. Dikenal juga sebagai Hari Tri Suci Waisak, momen ini sangat istimewa karena memperingati tiga peristiwa penting dalam sejarah kehidupan Buddha. Perayaan ini mencerminkan perjalanan spiritual yang mendalam, mulai dari kelahiran Pangeran Siddharta, pencerahan agung Sang Buddha, hingga wafatnya beliau. Hari raya waisak 2025 akan dilaksanakan pada Senin 12 Mei 2025 (2569 BE)

Apa Makna Hari Waisak?

Hari Waisak bukan hanya sekadar perayaan agama. Bagi umat Buddha, ini adalah waktu untuk merenung, memperbarui semangat, dan mendalami ajaran Sang Buddha. Di Indonesia, perayaan ini sering dipusatkan di Candi Borobudur dan Candi Mendut. Meski begitu, dalam beberapa tahun terakhir, lokasi perayaan terkadang disesuaikan, terutama sejak pandemi.

Penting diketahui bahwa Hari Waisak telah ditetapkan sebagai hari libur nasional di Indonesia sejak Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1983. Hal ini menunjukkan penghormatan negara terhadap keberagaman agama dan tradisi masyarakat.

Tiga Peristiwa Penting dalam Hari Waisak

Hari Waisak memperingati tiga peristiwa yang dikenal sebagai Trisuci Waisak, semuanya terjadi saat bulan purnama di bulan Waisak:

  1. Kelahiran Pangeran Siddharta Gautama
    Pada tahun 623 SM, Pangeran Siddharta lahir di Taman Lumbini (sekarang Nepal). Sebagai putra Raja Suddhodana dan Ratu Mahamaya, sejak kelahirannya, Siddharta diyakini sebagai Bodhisattva yang akan mencapai pencerahan agung.
  2. Penerangan Agung Sang Buddha
    Di usia 35 tahun, Pangeran Siddharta mencapai pencerahan sempurna di Buddhagaya. Setelah meninggalkan kehidupan istana, ia menjalani pertapaan selama enam tahun untuk mencari solusi atas penderitaan manusia, seperti kelahiran, penuaan, penyakit, dan kematian. Momen pencerahan ini menjadi tonggak lahirnya ajaran Buddha.
  3. Parinibbana Sang Buddha
    Setelah 45 tahun menyebarkan Dharma, Sang Buddha wafat atau mencapai Parinibbana di Kusinara pada usia 80 tahun (543 SM). Peristiwa ini menjadi simbol cinta kasih dan kebijaksanaan yang diwariskan untuk umat manusia.

Tradisi dan Ritual Perayaan Waisak

Perayaan Hari Waisak biasanya dimulai dengan Puja Bakti di vihara. Umat Buddha membaca Paritta Suci, Sutra Agung, dan mendengarkan ceramah Dharma yang disampaikan oleh biksu. Di Indonesia, puncak perayaan sering berlangsung di Candi Borobudur, tempat ribuan umat berkumpul dari berbagai penjuru.

Sejarah Waisak di Borobudur

Tradisi perayaan Waisak di Borobudur dimulai sejak tahun 1929 oleh Himpunan Teosofi Hindia Belanda. Namun, perayaan ini sempat terhenti akibat perang dan baru dihidupkan kembali pada tahun 1953. Selama masa pemugaran candi pada 1973, pusat perayaan dipindahkan sementara ke Candi Mendut.

Hingga kini, Borobudur menjadi simbol kuat Hari Waisak. Umat Buddha bersama para biksu melakukan prosesi berjalan dari Candi Mendut ke Borobudur, diiringi doa dan meditasi untuk perdamaian dunia.

Asal Usul Nama “Waisak”

Nama “Waisak” berasal dari bahasa Pali, Vasaka, dan dalam bahasa Sansekerta disebut Vishaka. Bulan Waisak dalam kalender Buddha biasanya bertepatan dengan bulan Mei dalam kalender Masehi.

Pesan Hari Waisak

Hari Waisak bukan hanya perayaan sejarah, tetapi juga pengingat akan nilai-nilai universal seperti cinta kasih, kebijaksanaan, dan harmoni. Di Indonesia, perayaan ini menjadi simbol toleransi antarumat beragama yang memperkaya keberagaman budaya kita.

Melalui makna mendalam Waisak, mari kita refleksikan ajaran Sang Buddha untuk menciptakan kehidupan yang damai dan penuh kasih, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain dan alam semesta.

Scroll to Top